Permasalahan Komunikasi
di Dalam Bidang Teknik Sipil
1.Pendahuluan
Komunikasi merupakan aktivitas utama manusia, melalui komunikasi manusia
dapat bergaul dengan sesama misalnya pergaulan dalam keluarga, lingkungan
keluarga, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan lain-lain. Oleh karena
itu manusia disebut makhluk sosial. Kemampuan
berkomunikasi yang baik merupakan bagian dari hampir setiap interaksi yang
terjadi dalam pekerjaan engineering (insinyur). Karenanya, komunikasi menjadi
keterampilan penting untuk seuatu profesi.
Secara prinsip dasar, komunikasi adalah proses dimana terjadi hubungan antara pihak pemberi pesan dengan maksud dan tujuan untuk menyampaikan suatu ide,konsep,perasaan performance kepada pihak penerima pesan dan saling berinteraksi diantaranya sehingga dapat tercipta suatu bobot dan relevansinya. Sedangkan tujuan kita berkomunikasi dengan orang lain adalah menyampaikan ide atau maksud,menilai,mengadakan umpan balik dan proses meyakinkan rekan bicara. Tidak jarang kita temui permasalahan komunikasi didalam perusahaan entah antar departemen,rekan kerja,atau antara dan bawahan.
2.Permasalahan
Profesi seorang Engineer, baik dalam dunia teknik
sipil, struktur ataupun geoteknik, mengalami banyak sekali permasalahan dan
hambatan (Worsak, 2000; Chiang A.,2003), diantaranya:
·
Produk seorang
Engineer sangat unik. Sangat sukar untuk membandingkan karya dua orang Engineer
secara adil dan objektif. Namun seringkali pekerjaan atau proyek didapat
melalui ‘koneksi’. Seorang engineer yang dapat bersikap ’manis dan
menyenangkan’ mendapatkan kesempatan dan proyek yang lebih banyak daripada
Engineer yang bersikap tegas dan objektif.
·
Faktor keamanan
yang tinggi dan penerapan peraturan-peraturan konstruksi (code) membantu
‘menyembunyikan’ engineer yang berkemampuan kurang. Teori/teknik canggih dan
terbaru sangat jarang diterapkan dalam praktek.
·
Peraturan (code
of practice), keterbatasan waktu dan peralatan canggih mematikan kreativitas,
sering kali Engineer hanya menjadi operator yang hanya mengulang apa yang sudah
pernah ada dan sudah pernah dikerjakan.
·
Banyak Engineer,
terpaksa ataupun tidak, menjadi ”yes-man” yang melakukan segala permintaan para
investor / pemilik proyek. Sering kali Engineer hanya menjadi ‘alat’ sang
investor, (dengan terpaksa atau tidak) merencanakan dan membangun proyek yang
sesungguhnya mengakibatkan kerusakan lingkungan dan tatanan kehidupan sosial.
·
Engineer tidak
mampu mempresentasikan aspirasi dan pengetahuannya terhadap para investor.
Sebaliknya, sang Arsitek dan/atau Pemilik Modal jauh lebih mampu
mempresentasikan kehendaknya, sekalipun hal itu diluar pengetahuannya. Engineer
bekerja, orang lain yang mendapatkan pujian.
3.Solusi
3.1 ETIKA
Penulis pernah membaca literatur yang
membahas masalah Etika Profesi, disana dibahas bagaimana kata-kata Etika, yang
dalam bahasa Inggris itu ditulis ETHICS, diuraikan huruf per huruf menjadi
jabaran kode etik profesi yang sangat menarik dan yang bisa mengangkat harkat
profesi kita. Dibawah penulis menyajikan bahasan tersebut yang penulis
sesuaikan untuk profesi Engineering yang kita geluti bersama ini.
3.2 E = Excellence = Keunggulan
Selaku profesional, seorang Engineer, harus
bersikap terus menerus memperbaiki pengetahuannya, selalu mencari solusi yang
terbaik. Tidak boleh bergantung kepada code of practice secara membuta.
Engineer tidak boleh bersikap pasif, melainkan harus pro-aktif untuk
beradaptasi dengan era globalisasi yang serba cepat ini. Engineer yang tidak
selalu pro-aktif memperbarui diri dengan pengetahuan dan teknologi baru akan
tertinggal jaman.
Dalam era globalisasi ini hanya bermodalkan
disiplin pengetahun Engineering itu sendiri tidaklah cukup, seorang Engineer
perlu melengkapi dirinya dengan pentetahuan dasar akan ilmu-ilmu sosial,
ekonomi, keuangan, humas, dan lain-lain yang terkait dengan pekerjaannya.
Pengetahuan dan keahlian mana diperlukan untuk secara efektif mengkomunikasikan
proses engineering. Untuk menganalisa, untuk berpikir secara lateral (dalam
keterkaitan dengan bidang diluar engineering) dan vertikal (dalam bidang
engineering secara mendalam), men-sintesa, memformulasikan permasalahan, dan
menyelesaikannya.
3.3 T = Trustworthy =
Terpercaya
Pengetahuan Engineering merupakan
pengetahuan yang sangat khusus, tidak banyak orang yang menguasai disiplin ilmu
ini. Karenanya seorang Engineer harus mempunyai kebanggaan diri dalam
merefleksikan kepercayaan. Setiap kata dan tindakan dalam menjalankan
profesi-nya harus dapat diandalkan. Seorang Engineer wajib memberikan dan
menerapkan solusi yang terbaik yang diketahuinya. Sesama Engineer harus juga
bisa saling menghormati, saling dipercaya dan mempercayai. Serta tidak saling
menjatuhkan satu sama lain.
3.4 H = Honesty = Kejujuran
Agar dapat dipercaya seorang Engineer harus
jujur terhadap profesinya, terhadap diri sendiri, terhadap sesama Engineer dan
terhadap client-nya.
Diperlukan sikap lapang dada dalam menerima saran dan kritik dari sesama Engineer demi kemajuan bersama. Jujur dalam mengemukakan keuntungan dan kerugian alternatif-alternatif solusi yang diajukannya.
Diperlukan sikap lapang dada dalam menerima saran dan kritik dari sesama Engineer demi kemajuan bersama. Jujur dalam mengemukakan keuntungan dan kerugian alternatif-alternatif solusi yang diajukannya.
Kejujuran merupakan pangkal dari prilaku
etikal. Kejujuran berarti mengatakan sesuatu apa adanya. Kejujuran berarti
selalu menjaga untuk tidak membohongi orang lain, baik secara sengaja ataupun
dengan bersikap diam. Contoh: Bilamana sang Engineer bahwa solusi dengan
menggunakan suatu teknik perbaikan tanah merupakan solusi yang terbaik dan
termurah, namun sang Engineer bersikap diam karena solusi tersebut berarti
pekerjaan akan jatuh ke tangan Engineer lain. Sebuah dilemma bukan? Namun,
disinilah sikap etikal itu akan sangat menentukan.
Kejujuran juga berarti bersikap adil,
menerima dan memberi apa yang menjadi hak orang lain, menerima kewajiban dan
menolak hal-hal yang tidak merupakan hak dan yang berada diluar otoritas-nya.
Menerima dan mengerjakan tugas yang memang bisa dikerjakannya, dan tidak
mengerjakan tugas yang berada diluar bidang keahliannya. Walaupun sering kali
kita ditempatkan dalam kesulitan untuk bersikap jujur sejujur-jujurnya, namun
bila kita selaku Engineer dapat menjaga dan memelihara sikap jujur tersebut,
maka pada akhirnya akan mengangkat nilai sang Engineer dan profesi Engineering
itu sendiri.
3.5 I = Integrity = Integritas
Engineer selayaknya menjunjung tinggi
integritas pribadi dan bidang keahliannya dengan berlaku tegas dan tegar
terutama sekali dalam menegakkan dan menerapkan pengetahuannya. Keputusan
seyogyanya diambil dengan juga mempertimbangkian dampak lingkungan dan tidak
semata-mata demi kepentingan pribadi dan/atau pemberi tugas. Berani menegakkan
integritasnya dengan jalan mengedepankan kepentingan umum dan menolak segala
bentuk insentif dan paksaan yang bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Terima kasih semoga bermanfaat untuk kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar